~ Dinner and Prejudice ~

Makan malam Kenma dan Kuroo malam itu romantis sekali, terlihat seperti itu bagi orang lain. Namun, kenyataannya agak bergeser dari ekspektasi. Kuroo sibuk dengan handphonenya, jarinya terlihat lincah mengetik sesuatu—walaupun sesekali menegur Kenma untuk makan dengan benar—dan Kenma sibuk memperhatikan Kuroo.

Kenma bukan tipe yang mudah menceritakan harinya. Kenma lebih suka mendengar. Dan biasanya, di setiap kencan mereka, Kuroo yang akan banyak berbicara atau bertanya tentang Kenma. Dan Kenma akan sesekali menimpali atau menjawab Kuroo. Walaupun terlihat seperti obrolan sepihak, tapi begitulah caranya Kenma dan Kuroo berkomunikasi. Tentu mereka nyaman-nyaman saja dengan situasi seperti itu.

‘Tapi ini bukan situasi kencan yang biasanya.’ Batin Kenma. Sedari tadi Kenma mencoba mencairkan suasana awkward ini, dengan membuka pembicaraan, tapi Kuroo selalu menjawabnya singkat-singkat.

Terakhir Kenma bertanya tadi, Kuroo bilang dia lagi bantuin adik tingkat ngurusin kepanitiaan. Intinya dia sibuk, gitu. “Maaf ya Ken, lagi pada riweh ngurusin kepanitiaan.” Kata Kuroo lima menit yang lalu.

Kenma menerawang, kencan mereka kali ini rasanya dadakan banget. Yah, walaupun mereka sudah janjian dari kemaren malam, tapi ternyata kencan hari ini dimulai lebih cepat.

Tadi sore jam 4, Kuroo tiba-tiba jemput Kenma di gedung FIB. Kenma baru banget beres kuliah. Gaslah diajak main—ke taman hiburan, bukan ‘main’ yang lain—sama Kuroo. Akhirnya date mereka dimulai lebih awal.

Cuman... Kenma ngerasa agak aneh. Menurut Kenma, ada suasana canggung dan terpaksa yang membebani diantara mereka selama kencan kali ini. Kenma punya dugaan, tapi ga mau mikirin itu lebih lanjut. Kenma berusaha berpikir positif, mungkin Kuroo lagi jenuh dan badmood, makanya irit bicara.

Tapi... Semisal Kuroo memang ‘sesuai dugaan’... Gimana ya...

Kenma melirik Kuroo. Itu manusia masih semangat ngetik sesuatu. Sesekali tersenyum tipis. ‘Kalau malam ini aku dianterin Kuro, berarti Kuro emang lagi badmood. Tapi, kalau malam ini aku pulang sendiri...’ Kenma menelan ludah, ‘kayaknya emang gak terhindarkan ya...’ Kenma meneguk airnya. Tiba-tiba aja tenggorokannya terasa kering..

“Ken...” Panggil Kuroo. “Ya?” “Ken, sorry banget. Ada urusan mendadak lagi. Aku gak bisa anterin kamu pulang, maaf ya.”

Kenma mencelos. Rasanya Kenma gak berdoa, tapi Tuhan mengabulkan kemungkinan terburuk yang dia pikirin tadi. ‘Kalau memang niat ngabulin kenapa nggak yang bagus aja sih...’

“Iya Kuro, engga papa. Nanti aku pesen goo-car aja.” “Mau aku tungguin sampai Goo-car nya dateng?” Kenma menggeleng, “nggak usah.”

‘kalau dia maksa nungguin, berarti dia emang lagi ada urusan mendadak. Tapi kalau enggak...’

“Yaudah Ken. Aku pergi dulu ya. Kalau ada apa-apa di jalan, telepon aku ya Ken.” Kuroo beranjak dari tempat duduknya, kemudia mengecup pelan kening Kenma. “Duluan ya babe” “Hati-hati...” Kata Kenma, pelan.

‘Yah, setidaknya aku dapat makan malam gratis.’ Kenma tersenyum kecut sambil menghabiskan makanannya.

‘Shit.’

~ To be continued ~